RLWC (08 /09/12)
tema: musuh yang paling dibenci
Arwen membalik lembar buku di depannya. Satu demi satu halaman membalur cuka di atas luka yang masih menganga. Foto-foto di situ sudah berusia lebih sebelas tahun tapi kenangan tentang Lody masih jelas di mata Arwen. “Kamu cantik deh, beli dimana itu baju?” bisik Lody suatu petang. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu bagai gerimis di musim hujan, selalu mengarah pada percakapan panjang tanpa akhir. Arwen mengira dunianya sudah lengkap. Ia gadis yang pintar, tampangnya lumayan sampai bisa menggaet seorang populer di sekolah. Tak banyak orang dekat dengannya, hampir tak ada yang pula membencinya. Ditambah Lody, sahabat termanisnya sejak Sekolah Dasar. Ia pikir tuhan telah begitu memanjakan dirinya. Sampai mereka kuliah, Arwen masih berpikir Lody sempurna.
“Sempurna..” Arwen menggumam kata itu dari mulut kecilnya saat ini. Hela nafas berat menyusul bayangan Lody bergelayut mesra dalam peluk kekasihnya..itu 3 tahun lalu, dan telah bermula sejak entah kapan. Arwen tertipu. 3 bulan kemudian dalam reuni-reuni bersama sekolahnya dulu, Arwen belajar hal lain. Segala pujian manis yang mengiring pertanyaan-pertanyaan dulu itu tak lain untuk mengejeknya. “Dimana kamu beli baju itu?” Hanyalah prolog bagi Lody untuk melancarkan seribu cela berjudul “Selera Arwen kampungan” yang disebar bagai jaring laba-laba di lingkungan mereka. Berulang kali. Setiap kali. Arwen hanya bisa diam, tak tahu berkata apa waktu seorang temannya membocorkan semua itu. Oke, dia tau Lody menyakitinya. Tahu, tapi tak mau tahu. Setelah kejadian dengan pacarnya, Arwen memang memusuhi Lody. Mereka tak lagi bicara. Ditambah berita ini, Arwen tak mau kenal Lody lagi. Tapi sebagian dirinya selalu menginginkan Lody kembali.
Sampai nomor telepon itu selesai ditekan. Arwen menahan napas sebentar.
“Halo” suara Lody.
“Halo”
“Arwen?” Tanya Lody
“Iya. Apa kabar dy?”
“Baik. Kamu, Wen?”
“Baik…ung..” Suara arwen menggantung. Belum selesai ia bicara, Arwen mendengar suara di latar belakang..
“Lodyyy…Siapa yang telepon?”
Arwen tersedak. Tenggorokannya tercekat. Sumpah kini ia benar-benar benci Lody! Ia kenal pasti suara itu…
Ya..Suara Suaminya.
Be First to Comment