Skip to content

Mengejar Merk di Balik Gaun

RLWC (01/09/12)
tema: merk

Roman membalik coretan peta yang digores Fial sepupunya. Di hadapnya berjejer warna-warna pelangi bertumpukan pola monokrom, tersusun indah. Menyusuri Shibuya seakan berjalan di dunia Alice in Wonderland. Asing…namun penuh aura magis yang membuatnya tak bisa berpaling.

Sudah lama sekali ia ingin kesini. Selain Harajuku, Shibuya bisa jadi surga baginya. Semenjak ia kenal Mari Hiki, ia bagai tersihir aura fanatasi Shibuya. Kini ia ada disana. Sepucuk surat dari Fial membawanya menyusur ramai jalan yang selalu ia kagumi. Bergelimang sederet aroma masakan yang tak pernah ia tahu namanya. Roman berjalan cepat mengikuti alunan langkah gadis-gadis pastel di depannya. Sebentar-sebentar ia menoleh ke kanan, lalu ke atas. Tak lama jalannya semakin memburu. Hingga semat kanji di depannya nampak jelas. [*kanji* *kanji* *kanji*] 109. Ia tau ini gedung yang benar. Fial bilang Shibuya 109 juga dikenal sebagai Shibuya To-kyu. Tempat yang ia cari. “Mampus! Tinggi banget gedungnya” Roman mengumpat..Sebelum akhirnya masuk terpaksa.

Pintu masuk Shibuya Tokyu bagai setitik noda dibanding luas dept store itu. “Dimana gue harus nyari..” kata Roman lagi. Ia menekan beberapa tombol. Lalu diam di seputar gerai bertuliskan Cecil McBee. Gyaru. Tak lama seorang gadis datang bersama sepupunya. Setelah berpamitan dengan Fial, Alpha sang gadis buru-buru membuka catatan penting Roman di bukunya. Sejurus lagi ia memanggil pelayan yang sialnya tak bicara Inggris.. Lamaaa kemudian, sang manajer tiba. Disusul seorang penerjemah. Roman menunjukkan beberapa gambar dari buku Alpha. Sang manajer menggeleng. Enggan menyerah, Alpha mengeluarkan selembar kontrak dari map. Cukup ampuh, kedua orang di hadapnya tak kuasa menolak mengantarkan Roman pada gerai yang dicari. Egoist…Blue Moon Blue…nah, ini dia gerainya, Miyagi.

Roman melangkah masuk, tangannya sudah tak sabar menyusur celah-celah display disana. Lebih dari enam set  ready-to-wear kemudian, Roman berhenti. Ia melirik Alpha yang beringsut menghampiri Roman. Alpha mengamati gaun itu lekat-lekat. Jemari lembut Alpha bersentuhan dengan sutra-crepe mewah berlapis chiffon emas terbaik. “Iya bener ini..” Bisik Alpha. “Gila, detail gini…niat banget nih orang” Roman berdecak. Sedetik kemudian ia memanggil sang manajer.

Manajer lalu menelepon beberapa orang dari phonebooknya. 3 jam berlalu. Roman mengacak baju berlabel Miyagi ditangannya. Sepi. Yuu miyagi sang empunya merk tak henti mengomel. Tak masalah, Roman tak mengerti yg ia katakan. Pintu dibuka, seorang pengacara masuk ke dalam, membolak balik kertas acak di atas meja. Alpha masih berdebat dengan sang penerjemah. Roman menatap foto-foto yang dibawa Alpha tadi. Sementara Yuu Miyagi berganti mencoret-mencoret kertas untuk pengacaranya. Foto di tangan Roman mulai lecek karena gemas yang ia tahan. Meski baru kali ini ia menjejak tanah Jepang, di Indonesia namanya melambung sebagai desainer pemenang belasan penghargaan. Seorang Yuu Miyagi yang muda dan begitu tak tahu diri tak akan bisa menginjaknya di sini. Sejurus..pengacara itu menaruh gaun emas Miyagi di meja, lalu meletakkan foto milik Roman di sampingnya. Bukan serupa, persis sama. Baik Yuu maupun Roman tak hendak mengalah. Roman tahu ia akan lama disini.. di Jepang..