Skip to content

Thursday Pre-historic Visit with Anipchan

Kamis(20/6), saya dan Anipchan bikin janji kencan sama-sama. Asiknya, kali ini Papadino lagi santai jadi bisa ikut jalan-jalan bareng kita 🙂 Perjalanan dimulai Kamis siang sepulang Anipchan latihan djimbe di sekolah. Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Museum Geologi Bandung di jalan Diponegoro. Sebenarnya ini udah kali ketiga Anipchan ke sini, tapi tiap kunjungan selalu punya cerita baru, dan objek baru untuk diamati.

Memang salah satu keuntungan tinggal di kota Bandung ngga lain ya karena ada Museum Geologi ini. Sampai sekarang museum ini masih jadi satu-satunya museum dengan pengunjung terbanyak di Indonesia, serta satu-satunya Museum Geologi yang ada di nusantara. Letaknya yang berada di seputar Gedung Sate juga membuatnya pas sebagai tujuan wisata.

Sejarah Singkat Museum Geologi

Museum Geologi dulunya bukan disebut museum, tapi Laboratorium Geologi atau Geologisch Laboratorium. Ini karena fungsi awalnya adalah sebagai penyimpanan sekaligus tempat menganalisa ribuan temuan mineral yang berasal dari seluruh Indonesia. Pembangunannya dimulai tahun 1928 di bawah arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg dengan gaya Art Deco, dan baru selesai sebelas bulan kemudian.

Setelah masa kemerdekaan, Museum Geologi berganti kepengurusan ke tangan PDTG (Pusat Djawatan Tambang dan Geologi). Lembaga ini lalu berganti nama beberapa kali hingga terakhir disebut Pusat Survei Geologi (sejak 2005). Sejak tahun 2002, Museum Geologi diberi wewenang untuk mengadakan penelitian, seminar, penyuluhan, pameran dan berbagai kegiatan lain untuk pengembangan dokumentasi.

Pre-historic Visit

Terakhir kali kita ke Museum Geologi, museum ini terbuka untuk umum tanpa menarik biaya sepeser pun. Ternyata sejak 1 September 2012, mulai ditarik tiket masuk untuk setiap kunjungan. Ngga masalah sih, apalagi harga tiketnya murah: Tiga ribu rupiah untuk umum dan dua ribu untuk pelajar. Waktu saya ke sana bareng Anipchan, saya dan Papadino dikenai htm 3000 rupiah sedangkan Anipchan 2000 rupiah saja.

Ternyata hari itu lagi ada kunjungan dua sekolah ke sana. Suasananya cukup ramai, akhirnya kita memutuskan untuk melihat-lihat koleksi batuan dan dokumentasi vulkanik dulu di sayap sebelah kiri. Kebetulan ruang favorit Anipchan yang memuat fosil-fosil lagi penuh sesak oleh rombongan. Dulu saya pikir Anipchan ngga begitu tertarik mengamati batuan yang kelihatannya mirip semua. Nyatanya begitu masuk ruangan dia malah sibuk ngambil foto batuan-batuan lengkap dengan captionnya. Beberapa teks tentang gempa, gunung berapi, dan asal batuan juga dia baca sampai habis. Di ruang batuan ini, Anipchan paling suka melihat meteorit dan batuan stalaktit. Malahan Anipchan sempet minta saya dan Papadino difoto sambil megang meteorit koleksinya Museum Geologi. Haha..terharu deh.

Ruang berikutnya yang kita sambangi ngga lain adalah ruangan fosil! Ruangan ini terletak di sayap kanan lobi. Dari pintu masuk, nuansa pre-historic yang kental begitu terasa. Di sebelah kiri ada mollusca jaman purba dalam bentuk fosil dan foto. Sementara sebelah kanan didominasi sejarah danau Bandung purba yang legendaris. Seperti saya duga, Anipchan ngga betah lama-lama di section ini. Kaki kecilnya langsung melangkah cepat ke section fosil dinosaurus begitu selesai ngambil satu-dua foto. Di section dinosaurus, dia sibuk baca caption sekalian mengamati tulangnya satu-satu. Sayang kita ngga bawa buku “Why” favoritnya karena ketinggalan di rumah nenek.

Di ruangan fosil ini ada dua pintu lagi ke section yang lain. Pintu satu mengarah pada koleksi kerangka manusia. Kerangka-kerangka disusun berdasarkan masa hidupnya, berasal dari penemuan-penemuan di seluruh dunia. Antara lain kerangka Homo Neanderthal, Homo Sapiens yang banyak ditemukan di pulau Jawa, serta artefak yang digunakan sehari-hari oleh mereka. Di ruangan ini juga ada rekonstruksi wajah manusia purba. Pintu kedua dari ruang fosil, berada di ujung-kanan ruangan. Di balik pintu ini terpajang ratusan koleksi fosil ular dan ikan. Kemudian artefak-artefak dalam bentuk asli, termasuk batu-batu yang menyerupai kursi dan meja.

Ruang berikutnya ada di lantai atas. Di sini, ada maket-maket area pertambangan Indonesia. Kemudian melipir sedikit ke ujung ruang, ada pintu masuk ke ruangan berbau “tekno.” Iyaa ini ruangan yang baru! Di dalam, kita disuguhi area display yang menampilkan mineral-mineral berharga, minyak hasil sulingan, dan info-info seputar minerologi. Sayang banyak alat peraga yang tampaknya rusak atau sengaja dimatikan. Jadi di sini kita cuma jalan mengitari area display terus beringsut ke luar. Dulu, di seberang ruangan ini ada area lain yang berisi miniatur mesin-mesin tambang. Sekarang ruangan ini ditutup. Sayang banget ya 🙁

museum geologi

Aftervisit

Dan perjalanan berkunjung ke masa lalu pun selesai. Kita bertiga keluar museum sambil sesekali membahas benda-benda yang dilihat barusan. Eits tapi~ Anipchan ngajak saya lari lagi ke sisi kiri taman. Rupanya dia penasaran sama tumpukan batu yang di susun rapi di taman itu. Setelah di dekati, batu-batu itu menampilkan struktur yang berbeda-beda. Ada batuan sulfur, andesit, kuarsa, gamping, dan banyak lagi. Anipchan semangat banget deh bacain semua captionnya sembari bawel ngomentarin ina itu.

museum geologi

Di akhir perjalanan, Anipchan mampir lagi ke sebuah batu yang nampaknya seperti peti. Batu besar ini ditaruh persis di muka museum sebelah kanan. Baru setelah captionnya di baca, saya dan Anipchan begidik sedikit. Ternyata batu itu merupakan sarkofagus dari masa lalu yang ditemukan di wilayah Jawa Barat. Katanya, orang yang meninggal biasa disemayamkan di situ bersama perhiasan dan alat-alat sederhana untuk hidup di akhirat kelak. Berhubung sarkofagus itu ngga terlalu panjang, jenazah akan ditekuk sedikit supaya muat. Hii…sereem!

museum geologi

Barengan dengan selesainya review singkat kita ke dunia afterlife lewat sarkofagus barusan, akhirnya kunjungan singkat kita pun bener-bener berakhir. Ngga terasa hari menjalang sore, kita pun mampir sebentar ke sebuah kedai yang juga beraroma “jadoel,” Yogurt Cisangkuy. Rasanya tempat ini udah ada dari sejak saya TK! Serunya, rasa yogurt di sini ngga pernah berubah, begitu juga sate jebred favorit saya. Oke deh, cuaca sore yang adem memang pas dipadu yogurt juice nan segar. Sudah dulu ya, kita ketemu di waktu jalan-jalan yang lain! 🙂

 
Museum Geologi
Jl. Diponegoro No. 57
Bandung 40122, Indonesia
Phone: +62 22 7202669
Website: museum.bgl.esdm.go.id  || Twitter: museumgeologi
 
Jam buka:
Senin-Kamis: 08:00-16:00 WIB
Sabtu-Minggu: 08:00-14:00 WIB
Tutup pada hari Jumat dan libur Nasional
 
HTM: 
Umum Rp. 3000,- & Pelajar Rp.2000,- 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *